Selamat Datang Di Komite STAI AL FITHRAH

Kantor STAI AL FITHRAH

Visi STAI adalah terwujudnya pendidikan tinggi agama Islam yang terkemuka dalam menghasilkan sarjana yang berkualitas dan kompetitif, memiliki tradisi ilmiah dan amaliah salafus sholih.

Masjid STAI AL FITHRAH

Misi STAI : menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman, dan ilmu-ilmu pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat; mengembangkan penelitian ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu pengetahuan; mengembangkan pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud pemberdayaan terhadap kesejahteraan hidup; Melestarikan tradisi ilmiah dan amaliah salafus sholih.

OPSPEK STAI AL FITHRAH

Tujuan STAI : menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. jujur, berahlaq mulia, berkepribadian, mandiri, cerdas, memiliki kemampuan akademik, dan ketrampilan secara professional; mengembangkan dan menyebarkan ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu pengetahuan, berdasarkan nilai-nilai tradisi ilmiah dan amaliah salafus sholih;.

Kampus STAI

Area Luas Ber-AC, Free Hospot (Wi-fi)

Lab Komputer STAI

Pembelajaran Komputer

Wednesday, December 28, 2011

Training Authentic Learning di al Fithrah

Peningkatan mutu pendidikan menjadi isu utama dalam keberlangsungan pendidikan di Indonesia. Atas hal itulah kemudian keluarga besar al Fithrah meresponnya dengan terus meningkatkan mutu pendidikan di dalamnya. Di antara salah satu ikhtiar adalah dengan mengadakan Training Authentic Learning bagi santri dan mahasiswa Ma’had Ali dan STAI al-Fithrah. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari mulai dari tanggal 28-29 September dan diikuti oleh para santri dan mahasiswa senior ini bertujuan untuk memberikan training tentang cara menyusun kurikulum, silabus dan RPP secara benar dan tidak asal-asalan. Harapan dari training yang dilangsungkan atas kerjasama dengan Edunext Qualita ini adalah agar para mahasiswa kelak jika terjun ke dunia pendidikan tidak asal-asalan saja dalam menyusun kurikulum atau sekedar copy paste saja seperti fenomena di kebanyakan pendidikan di Indonesia saat sekarangf ini, penyusunan kurikulum dan semacamnya hendaklah dilakukan dengan baik dan benar sehingga maksud dan tujuan dari pendidikan tersebut dapat dicapai, dikontrol dan dievaluasi. (ih)

Saturday, November 26, 2011

Bulan Suro itu Muharram

Suro atau juga ditulis dengan Sura adalah bulan pertama dalam penanggalan jawa. Sebuah sistem kalender yang diperkenalkan oleh Mataram Islam. Tepatnya oleh Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau yang bernama Arab Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram.

Sebelum Sultan Agung berkuasa, awalnya, hingga 1633 M masyarakat Jawa menggunakan sistem penanggalan berdasarkan pergerakan Matahari. Penanggalan Matahari dikenal sebagai Saka Hindu Jawa, meskipun konsep tahun Saka sendiri bermula dari sebuah kerajaan di India.

Tahun Saka Hindu 1555, bertepatan dengan tahun 1933 M, saat itu Sultan Agung mengganti konsep dasar sistem penanggalan Matahari menjadi sistem Bulan. Perubahan sistem penanggalan dapat dibaca dalam buku “Primbon Adji Çaka Manak Pawukon 1000 Taun” yang ditulis dalam bahasa Jawa.
Dari naskah tersebut diketahui bahwa Sri Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo mengubah sistem penanggalan yang digunakan, dari sistem syamsiyah (Matahari) menjadi qamariyah (Bulan). Perubahan penanggalan berlaku untuk seluruh Pulau Jawa dan Madura kecuali Banten, karena tidak termasuk daerah Mataram.

Perubahan sistem penanggalan dilakukan hari Jumat Legi, saat pergantian tahun baru Saka 1555 yang ketika itu bertepatan dengan tahun baru Hijriah tanggal 1 Muharam 1043 H dan 08 Juli 1633M. Pergantian sistem penanggalan tidak mengganti hitungan tahun Saka 1555 yang sedang berjalan menjadi tahun 1, melainkan meneruskannya. Hitungan tahun tersebut berlangsung hingga saat ini. Maka dari itu wajar jika bulan dalam kalender Jawa bersamaan dengan kalender Hijriyah secara global.

Asal Kata Suro

Banyak orang salah sangka tentang asal muasal kata suro. Beberapa kalangan mengira bahwa asal kata suro berasal dari bahasa Arab dengan pengejaan yang sama yaitu “syuro” yang berarti musyawarah. Ada juga sebagian yang berpendapat bahwa kata suro memang berasal dari bahasa Jawa suro yang berarti berani. Tapi jawaban tersahih atas hal ini adalah bahwa kata suro dalam bulan suro berasal dari bahasa Arab yaitu asyuro yang berarti hari kesepuluh. Hari kesepuluh bulan Muharram dalam Islam memiliki arti yang sangat penting terutama karena ada khabar dari Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan atasnya. Terutama tentang kisah diselamatkan Musa AS beserta kaumnya dari kejaran Fir’aun. Hari itu adalah hari asyuro. Atas hal itu jugalah kemudian Musa dan umat Yahudi melakukan puasa atasnya. Kemulian asyuro juga bisa terbaca dari hadist nabi:
Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Hari ini adalah hari ‘asyura. Allah tidak mewajibkan atas kalian berpuasa padanya, tetapi Aku berpuasa, maka barang siapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah. Dan barang siapa yang ingin berbuka (tidak berpuasa) maka berbukalah.
Suro; Jawa, Yahudi, Syiah dan Sunni

Tradisi merayakan Suro di Jawa biasanya dilakukan dengan beberapa cara. Keraton Yogyakarta dan Surakarta biasanya melakukan Kirab Suro. Kirab ini dilakukan setelah dilakukan jamasan (memandikan) benda pusaka pada malam harinya. Kirab ini biasanya dilakukan dengan cara berkeliling kota sebelum kemudian ditaruh kembali ke tempat benda pusaka disimpan. Sedangkan rakyat kecil biasanya melakukan mandi beramai-ramai dengan cara mendatangi pantai, sungai atau danau kecil. Biasanya dilakukan menjelang atau sesudah mengadakan selametan atau bancaan di tepi pantai, sungai atau danau kecil yang akan dibuat mandi. Hal ini dilakukan sebagai simbol penyucian diri dari segala dosa dengan harapan dosa yang melekat di badan bisa ikut luntur saat air disiramkan ke tubuh. Walau ditenggarai bahwa tradisi mandi suro ini adalah warisan budaya hindu yang pernah melekat pada masyarakat Jawa akan tetapi tetap bisa diterima dengan modifikasi niat dan tata cara yang disesuaikan dengan ajaran Islam.

Sedangkan para raja atau pembesar Jawa biasanya melanjutkan dengan puasa hingga hari ke sepuluh dari Bulan Suro. Budaya ini konon diwarisi dari para raja terdahulu yang meminpin keraton di daerah mataraman.

Akan tetapi tradisi Asyuro di dunia biasanya identik dengan kaum Syiah. Pada hari Asyuro umat Syiah akan melakukan pawai atau melakukan ziarah secara massal ke makam imam-imam atau tokoh yang mereka keramatkan. Selain itu mereka juga mempunyai tradisi menyakiti dirinya sendiri dengan cemeti atau benda lainnya sebagai tanda bersedih atas terbunuhnya Sayyidina Husein pada tanggal sepuluh Suro atau Muharram lebih dari 1400 tahun yang lalu oleh tentara Yazid bin Mu’awiyah karena alasan kekuasaan.

Sedangkan umat Sunni kecuali yang bermadhab Wahabi memperingati hari ke sepuluh dari bulan Muharram tersebut karena ada perintah Nabi Muhammad lewat hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, seorang imam terbesar dalam khazanah periwayatan hadis dalam dunia Islam.
Salah satu hadist tersebut ialah hadist dari Ibnu Abbas yang berkata, “Nabi datang ke Madinah dan ketika orang Yahudi berpuasa pada hari Asyuro mereka berkata hari ini adalah hari dimana Musa bebas dari Fir’aun. Maka Nabi berkata kepada para sahabatnya, kalian lebih berhak terhadap Musa daripada mereka, maka dari itu berpuasalah!”

Hadis ini adalah sebagai salah satu landasan bagi peringatan Asyuro yang diadakan oleh umat Muslim Sunni di seluruh dunia. Sebagian Muslim Jawa biasanya menambahkan dengan bubur Sura yaitu bubur ketan putih dengan gula merah di atasnya.

Hadis di atas juga menandaskan bahwa hari Asyuro telah dirayakan sejak sebelum Islam datang yaitu dirayakan oleh orang Yahudi, para pengikut Nabi Musa.

Jika Yerussalem (Bait al-salam) disucikan oleh umat Yahudi, umat Kristiani dan umat Islam. Maka hari Asyuro disucikan oleh umat Yahudi, muslim syiah dan muslim sunni. Wallahu a’lam.

Wednesday, October 26, 2011

OPSPEK STAI AL-FITHRAH 2011


Orientasi Program Studi dan Penganalan Kampus (OPSPEK) STAI al Fithrah 2011 berlansung sejak tanggal 12 hingga 13 September di kampus STAI al Fithrah ini berlangsung dengan seru tapi tetap hikmat. Para mahasiswa/I baru memperhatikan dengan serius pemaparan dari pihak STAI yang diwakili oleh Drs. H. A. Hamid Syarief, M.H, sedangkan dari pihak yayasan diisi oleh ketua yayasan sendiri yaitu Drs. H. Ainul Huri, dan para Kepala Jurusan yang ada di lingukngan STAI Al-Fithrah.


Para mahasiswa baru tersebut mengaku senang dan sekaligus sedikit kaget karena harus menyesuaikan dengan kultur pesantrean yang ada di stai al-fithrah, “jujur sih agak sedikit kaget tapi rasanya senang bisa menjadi bagian dari stai al fithrah.

Pelajaran dari Pohon Melati


Seringkali kta ber-suudhan setiap kali melihat hal-hal yang sepenuhnya belum kita ketahui, saat melihat muda mudi berboncengan kita akan langsung berpikir bahwa mereka berpacaran padahal mungkin saja mereka sudah menikah, seringkali saat melihat beberapa kamar hotel tinggi menjulang yang lampunya hidup saat tengah malam tiba, kita ber-suudhan bahwa mereka di sana sedang bersenang-senang dengan yang bukan hak-nya padahal bisa saja mereka sedang beribadah saat mereka yang berdiam diri di rumah sedang tidur terlelap. Begitu juga saat melihat rumah yang sudah dimatikan lampu ruangannya, belum tentu mereka tidur, bisa saja dalam kegelapan ada orang yang dengan khusuk shalat tahajud. Jangan-jangan saat kita mempergunjingkan orang lain dalam hati kita, yang lain sedang bertasbih dan bertahmid kepada Allah SWT.

Seringkali orang menyalahkan orang lain tanpa sadar bahwa dirinya salah, seringkali orang melihat besar kesalahan saudaranya yang kecil dan mengecilkan kesalahannya yang besar. Manusia seringkali terjebak dalam ego ke-aku-annya tanoa mersa bahwa ia adalah satu bagia kecil dari bagian besar alam semesta ini.

Sesekali, hendaklah kita menengok pada bunga melati yang mungkin saja ada di sekitar kita saat malam hari. Lihatlah, mereka terus merekahkan bunganya dan mengeluarkan semerbak wangi yang membahagiakan siapa saja yang menciumnya. Mereka terus merekah sebagai bentuk tasbih, tahmid atau dzikir mereka kepada Allah Tuhan yang telah memberikannya kehidupan. “Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.” (Q.S Ar-Rahman [55]: 6). Sang melati terus saja mekar walau setiap orang yang memetik bunganya tidak berterima kasih padanya, ia terus saja mekar tak peduli apakah yang lewat adalah orang baik ataupun jahat. Harumnya tetatp memberikan kedamaian bagi siapa yang menciumnya.

Seringkali kita lupa bahwa sesungguhnya kita banyak berhutang budi pada tumbuhan akan oksigen, kerindangan dan manfaat-manfaat lain yang diberikan dan sayangnya kita jarang bersyukur kepada Allah SWT. Bersyukur dengan tidak hanya mengucap al-hamdulillah, tapi juga berbuat baik pada tumbuhan itu sendiri.

Kesadaran seperti ini, jika saja kita punya tentu akan membuat hati kita lapang dan bisa menikmati hidup dengan penuh kedamaian dan ketentraman. Karena dengan berbagi sebenarnya seseorang telah berbuat bagi dirinya sendiri, orang lain dan sekitarnya.

Kesadaran seperti ini akan membawa kita untuk berkata, “Tidak ada sesuatu apapun yang diciptakan Tuhanku menjadi sia-sia!.” Tentu kesadaran seperti ini hanya akan berlaku bagi mereka yang mau berpikir dan merenung. Bagi mereka yang sudah tertutup hatinya, maka ia butuh satu tahap lagi untuk bisa berpikir seperti ini yaitu membuka hatinya pada kebenaran. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari pohon melati. Amin!

Saturday, June 4, 2011

Nama Dosen Tidak Tetap

Nama

Gelar Akademik

No. Induk

Mata Kuliah

Abd. Haris,

Prof. Dr. M,Ag

12108022

Filsafat Ilmu

Abdul Kadir Riyadi,

Dr. M.A

12108026

Filsafat Islam

H. Mohammad Nu’man

DR., M.Ag

12108035

Sejarah Peradaban Islam

Damanhuri

Drs.M.A

12108019

Ulumul Hadits

H. M. Mustofa,

Drs. S.H.M,Ag

12108020

Pancasila

Moch. Faizin,

M.PdI

12108018

Bahasa Inggris

H. M. Hadi Sucipto,

Lc., M.Ag

12108023

Ulumul Qu'ran

Muhid,

M.Ag

12108024

Hadits Mu'amalah

Sanuri

S.Ag,. M.Fil.I

12108037

Pengantar Studi Islam

Monday, February 21, 2011

Formulir Pendaftaran 2013

Sunday, February 20, 2011

SPMB STAI AL FITHRAH SURABAYA 2013


Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru ( SPMB ) Program S-1 STAI Al Fithrah Th Akademik 2013 / 2014 dapat ditempuh dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Menyerahkan foto copy ijazah dan daftar nilai 2 lembar yang sudah di legalisir oleh kepala sekolah.
3. Menyerahkan foto berwarna ukuran 3x4 sebanyak4 (Empat) lembar.
Kriteria Peserta
Semua lulusan SLTA negeri atau swasta berijazah negara (Paket C / Mu’adalah bagi lulusan pondok pesantren)

Contact Person :
Kusroni Hp. 08563459899/ 031 34176262


Friday, January 21, 2011

Daftar Nama Dosen

Nama

Gelar Akademik

No. Induk

Mata Kuliah

Soefjan Tsauri

Prof. Dr. ,. M.Sc.

12108001

Civic education

Subchan

M.Fil.I

12108027

Filsafat Ilmu

M. Faiz Al Arif

M.Pd.I

12108045

Bahasa Arab

Chafid Wahyudi

M. Fil

12108042

Hermeneutik

Abdul Aziz

MHI

12108040

Fiqih

Rony

M.Pd.I

12108041

Ulumul Qur’an

H. Nur Kholis

Lc., M.HI

12108007

Ushul Fiqh

Mohamad Anas

M.Th.I

12108046

Ulumul Hadits

Aris Imawan

M.Pd.I

12108028

Pengantar Studi Islam

M. Hantok Sudarto

M.Fil.I

12108014

Ulumul Qur'an

Hazard Hanafi

M.KPd

12108015

Hadits

H. A. Hamid Syarif

Drs. MH.

12108002

Civic Education

H. Shofwan

Drs.

12108003

Pancasila

Imam Rohli Mubin

S.H.

12108004

Civic Education

M. Arbi hadiyat

M.Si

12108031

Statistik

Ihsan

M.Pd.I

12108008

Hermenutika

Sulaiman Hasan,

M.Pd

12108038

Statistik Pendidikan

Agus Suteja

M.Pd

12108039

IAD, IBD

H. Askuri

M. Pd.I

12108016

IAD, IBD

Askur

Drs., M.Pd.I

12108030

IAD,IBD

M. Musyafa'

S.Pd.I

12108005

Kajian Teks Tafsir

M. Ainur Rohim

S.Th.I

12108044

Ulumul Qur'an

Sulaiman

S.HI

12108043

Fiqih

Footer

Liburan dimulai :

Senin, 15 Februari 2010

Masuk Perkuliahan :

Maret, 1 Maret 2010

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites